CLOSE
Ramai Sentimen Negatif setelah IHSG All Time High?, bagaimana IHSG?
Indeks pada perdagangan kemarin ditutup kembali menguat pada level 6720 bergerak menguat berada pada level all time high indeks. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Terjadi breakout pada resistant upper band indikator bollinger band. Indeks ditopang oleh Transportation & Logistic (3.217%), Energy (2.41%), Infrastructures (2.052%), Consumer Non-Cyclical (1.517%), Technology (1.348%), Basic Materials (1.224%), Financials (0.611%), Consumer Cyclicals (0.566%), Properties & Real Estate (0.46%), dan di sedikit dibebani oleh THealthcare (-0.135%), Industrials (-0.198%) yang mengalami pelemahan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi pada range level support 6700 dan level resistant 6750. Ada Beberapa Sentimen yang diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan pasar hari ini.
Sentimen Pertama secara makro, kabar baik datang dari rilis kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2021 yang mencatatkan surplus besar US$ 10,7 miliar. Kinerja NPI membaik dari kuartal sebelumnya. Pasalnya pada periode April-Juni 2021, NPI Indonesia mengalami defisit US$ 0,4 miliar. Surplus NPI ditopang oleh kinerja transaksi berjalan yang surplus US$ 4,5 miliar atau setara 1,5% PDB. Semua ini berkat neraca dagang barang RI yang juga surplus sebesar US$ 13,24 miliar pada periode yang sama. Ekspor Indonesia yang tumbuh signifikan menjadi pendorong terbesarnya.
Sentimen kedua Berita negatif yang datang dari Eropa dan tak kompaknya saham-saham di Bursa New York tentu saja menjadi kekhawatiran tersendiri bagi bursa saham Asia yang akan buka hari ini, Ditambah lagi dengan IHSG yang menyentuh level all time high akhir pekan lalu dengan apresiasi lebih dari 1%. Bisa jadi bakal ada aksi jual yang dipicu oleh adanya aksi profit taking para trader dan investor yang merespons kabar negatif tersebut.
Sentimen ke tiga dari dalam negeri masih akan minim sentimen. Tetapi yang bisa menjadi perhatian adalah kemungkinan diumumkannya pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia sudah terkendali. Namun pemerintah mengantisipasi kembali terjadinya lonjakan di akhir tahun ini. Oleh karena itu pemerintah rencananya akan menerapkan PPKM level 3 di seluruh wilayah Indonesia mulai 24 Desember hingga 2 Januari.
Sentimen negatif selanjutnya, investor juga perlu mencermati adanya potensi katalis negatif lain terutama soal kredibilitas The Fed selaku bank sentral AS dan yang paling digdaya di dunia. Mulai banyak ekonom yang mengkritik pandangan the Fed bahwa inflasi yang terjadi hanya akan berlangsung temporer saja. Salah satunya adalah ekonom Allianz EL Erian. Di sisi lain masa kepemimpinan Powell akan berakhir di bulan Februari tahun depan, Presiden AS Joe Biden bisa memilihnya kembali untuk melanjutkan ke periode kedua. Powell masih menjadi favorit untuk melanjutkan kepemimpinannya. Namun, Biden saat ini sudah mewawancarai Powell dan salah satu kandidat lainnya Lael Brainard, wanita yang sudah menjabat dewan gubernur The Fed sejak 2014. Keputusan apakah Powell akan diganti atau tidak bisa terjadi di pekan depan, dan bisa memberikan dampak signifikan ke pasar finansial, volatilitas pun diperkirakan akan meningkat. Brainard dianggap lebih dovish ketimbang Powell, artinya jika dia ditunjuk besar kemungkinan The Fed akan mempertahan suku bunga rendah lebih lama.
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com